Lintas News-Walikota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie didesak untuk mencopot Direktur Utama Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PT PITS), Dudung E. Diredja. Sebab, Dudung dinilai gagal membenahi PT PITS.
Kualitas air yang dijual PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan (PITS) sangat buruk. PT PITS juga rugi terus belum dapat menyumbangkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) ke Tangsel selama tujuh tahun.
Wajar, masyarakat mendesak agar Direktur Utama PT PITS, Dudung E. Diredja dicopot dari jabatannya. Masyarakat Tangerang Selatan (Tangsel) sebagai pelanggan pun kecewa dan meminta pertanggungjawaban mantan sekretaris daerah (sekda) Pemkota Tangsel tersebut.
Dari investigasi yang dilakukan Radar Tangsel.Com (Radar Media Nasional/RMN Group) di lapangan, masyarakat mengaku sangat kecewa dengan pelayanan dan kualiatas air yang dijual PT PITS. Sebab, perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pemerintah Kota Tangsel itu menjual air yang kualitasnya jauh dari harapan masyarakat.
Airnya tidak dapat diminum. Kalau untuk mandi, kulit jadi “keset kering” tidak enak di badan.
Hal tersebut seperti yang diungkapkan pelanggan air PT PITS, Endin. “Air PT PITS enggak bisa buat minum. Apalagi, untuk masak karena airnya bau kaporit,” ujar warga Pamulang itu, kepada Radar Tangsel.Com (Grup Lintas News.Co.Id.), Kamis (28/10/2021), di rumahnya.
Malahan, kata pria berusia 55 tahun itu, kualitasnya masih lebih bagus air tanah di rumahnya. “Masih bagusan air tanah sumur di sini. Air PITS kalau dipakai mandi juga kulit jadi keset ‘kering’ kaya gitu nggak enak di badan,” keluh Endin.
Lelaki yang berprofesi sebagai pengusaha katering itu melanjutkan, walaupun berlangganan Air PT PITS, dirinya masih tetap saja menggunakan air tanah dari sumur rumahnya.
Endin yang merupakan pelanggan air dari PT PITS mengatakan, dirinya sudah satu tahun belakangan ini menjadi pelanggan.
“Sudah setahun saya berlangganan air. Awal berlangganan saat itu bayar administrasi kalau langsung lunas Rp 1, 7 juta. Tapi, kalau diangsur selama setahun Rp 180 ribu dengan uang muka (DP) Rp 500 ribu pada saat itu. Saya ikut yang DP Rp 500 ribu,” ujar bapak empat anak ini.
Saat memutuskan berlangganan air bersih pada PT PITS, Endin mengaku hanya untuk mengantisipasi jika terjadi mati lampu dan ada “trouble” mesin air tanah di rumahnya. “Awalnya hanya untuk ‘safety’. Kalau ada ‘trouble’ mati listrik, air tanah habis di toren, jadi masih ada air bersih PT PITS ini,” terangnya.
Selain itu, Endin juga mengaku selama setahun berlangganan, dia baru menggunakan air PT PITS itu selama sembilan bulan belakangan ini. “Selama berlangganan lebih dari satu tahun, saya baru pakai air PT PITS ini di bulan Februari. Karena, sempat mesin air di rumah rusak,” bebernya.
Untuk tarif biaya berlangganan Air PT PITS di rumahnya, Endin menyebut, jika tidak digunakan, maka hanya membayar administrasi sebesar Rp 25 ribu. “Ditambah biaya tunggakan sebesar Rp10 ribu sampai Rp 15 ribu jika pembayaran dilakukan di atas tanggal 20 tiap bulannya. Kalau enggak saya pakai, saya bayar Rp 25 ribu tiap bulannya. Tapi, kalau dipakai tarifnya Rp 6.000 untuk harga 10.000 liter air,” paparnya seraya berharap PT PITS dapat memperbaiki kualitas air yang dijualnya.
Terpisah, desakan agar Dirut PT PITS, Dudung E. Diredja dicopot dari jabatannya datang dari warga Tangsel. “Pak Walikota Yang Terhormat, Pak Benyamin Davnie, saya minta Anda mengevaluasi kinerja direksi PT PITS. Copot Dirut PT PITS, Dudung! Ia gagal membenahi PT PITS,” tegas Agus, warga yang tinggal di Lengkong Gudang Timur, Serpong, Tangsel itu.
Banyak alasan mengapa Dudung harus dicopot. “Pertama, pelayanan dan kualitas air yang dijual PT PITS sangat buruk seperti yang diungkap warga itu. Kedua, BUMD Tangsel ini sudah diguyur Rp 63 milyar dari dana rakyat (APBD). Tapi, sampai tujuh tahun belakangan rugi terus,” urai Agus.
Pemuda yang juga pendiri sekaligus ketua Forum Wartawan Peduli Jakarta (FWPJ) ini melanjutkan, alasan ketiga adalah direksi-direksi PT PITS harus benar-benar diisi oleh kaum profesional. “Karena, informasi yang saya peroleh, direksinya diduga berasal dari orang-orang politik. Jangan tersandera oleh kepentingan politik Pak Ben (walikota). Anda adalah walikota untuk warga Tangsel. Bukan lagi walikota partai atau golongan tertentu. Ganti dengan orang-orang profesional dong. Rp 63 miliar itu uang rakyat lho. Kalau rugi terus, evaluasi total manajemen dan direksinya,” pinta warga ber-KTP, Jl. Beruang II, RT 01/RW 02, Pondok Ranji, Tangsel itu.
Sementara itu, ketika Dudung dikonfirmasi Radar Tangsel.Com, direktur utama PT PITS tersebut sedang tidak berada di tempat. Di kantor hanya ada Direktur Operasional PT PITS, Sugeng Santoso.
Saat dimintai tanggapannya di ruang kerjanya, Sugeng menolak. “Ke Pak Dirut (Dudung) saja, Kita jangan wawancara, ngobrol-ngobrol biasa saja, ya,” kilah Sugeng. (DMY/AGS)