LINTASNEWS-Yang mempunyai hobi kulineran dan ingin makan di suasana alami di tengah perkampungan atau desa, Warung Tuman di Tangerang Selatan (Tangsel) adalah tempatnya. Sebab, tempatnya unik, alami berada di tengah perkebunan warga bak hutan.
Dan uniknya lagi, lokasinya adalah berada di samping kuburan warga. Untuk menuju lokasi Warung Tuman, pengunjung harus melalui perkampungan warga dan melalui jalur jalan setapak samping kuburan.
Radar Tangsel.Com (Grup LintasNews.Co.Id) pada Minggu lalu (25/1/2021) telah menyambangi Warung Tuman yang berada di RT 04, RW 07, Kelurahan Ciater Tengah, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan, Banten tersebut. Sambil menikmati menu makanan yang disajikan pelayan, Radar Tangsel.Com pun berhasil mewawancarai pemilik Warung Tuman, Eko Sulistyanto.
Ketika ditanya, kapan berdirinya Warung Tuman ini? Pria Jawa yang berperawakan kecil dan berpakaian santai serta sederhana ini mengatakan, berdirinya pada 2019.
“Berdirinya kami Maret 2019. Tapi ulang tahunnya kami buat pada 2 April 2019. Itu karena setelah kami buka sebulan, ada media massa nasionap datang dan meliput mengangkat warung kami ini,” ucapnya.
Lelaki yang membangun usaha kuliner bersama sang istri tercinta itu menjelaskan, sebenarnya, ia sudah lama bergelut di bidang makanan (kulineran). “Sudah sejak 2012 kami mulai usaha kulineran. Hampir 10 tahun,” ulasnya.
Ia pun mengisahkan awal mendirikan usahanya itu. “Pertama, kami membuka bebek kaki lima, bebek tuman. Menunya bebek dan ayam goreng,” imbuhnya.
Lalu, pemilik usaha kuliner Warung Tuman yang yang saat ini tengah viral karena lokasinya di tengah perkampungan pedesaan seperti hutan dan benar-benar asri, alami serta berada di samping kuburan itu mengatakan, ia pun berusaha mencari lokasi yang berbeda dari tempat makan lainnya. “Sengaja kami membuat konsep tempat makan yang beda dengan yang lainnya atau yang biasa,” paparnya.
Jelas Eko, Warung Tuman ini sangat tersembunyi lokasinya. “Di sini tempatnya tersembunyi. Membawa orang ke sini bukanlah perkara mudah, kecuali dengan menyediakan menu spesial yang tidak ada di tempat lain dan rasanya enak. Lalu kita promosikanlah,” cetusnya.
Lalu, ia pun mengaku awal menempati Warung Tuman ini butuh perjuangan keras karena harus “babat alas” alias babat hutan. “Karena, enggak ada orang di sini. Kami babat alas. Saya sempat diketawain sama orang-orang. Mana ada orang yang mau makan di tempat hutan kayak gini,” kisahnya.
Namun, Eko mempunyai feeling yang beda. “Feeling (perasaan) saya bakal pada suka makan di sini. Bakal ada kehidupan karena tren rumah makan modern memang banyak. Tapi, yang unik seperti di sini tidak ada,” ia berkisah.
Ternyata benar, menurutnya, kalau banyak pohon, maka biasanya orang suka makan di situ. “Di mana banyak pohon, di situ pasti biasanya pada suka makan karena bisa berteduh nyaman adem,” tukasnya.
Yang unik dan beda dari lainnya, lokasi Warung Tuman ini dekat kuburan. “Jadi ke sini orang makan berwisata kuliner sekaligus wisata kubur,” kata Eko setengah bercanda.
Pria yang memiliki istri berdarah Minang ini pun optimis dengan Warung Tuman-nya itu. “Optimis karena pertama saya sudah punya pelanggan. Mereka yang termasuk mempopulerkan dan mengenalkan juga ke orang-orang lainnya,” tegasnya.
Dan lagi, orang-orang pesepeda sering makan di tempatnya. “Yang terpenting media-media mainstream dan termasuk TV-TV juga meliput kami. Sehingga viral tentunya,” ucap Eko sambil menyebutkan jam buka Warung Tuman setiap harinya adalah pukul 08.00 WIB sampai dengan 17.00 WIB. (AGS)