LINTASNEWS – Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah yang mempunyai tingkat kegempaan cukup tinggi. Hingga 15 Januari 2021 terjadi 44 gempabumi yang mengguncang Banten. Semetara sepanjang 2020, terjadi 840 gempabumi.
BMKG Stasiun Geofisika Klas I Tangerang mencatat minggu pertama Januari 2021 terjadi gempabumi sebanyak 23 kejadian di kedalaman dangkal (kurang dari 60 km). Gempa didominasi oleh kejadian di Barat Lampung, Selatan Banten dan Selatan Jawa Barat dengan kedalaman dangkal.
Berdasarkan kekuatannya, gempabumi kurang dari 3 magnitudo sebanyak 14 kejadian, kurang dari 5 magnitudo sebanyak 9 kejadian dan tidak ada kejadian gempabumi di atas 5 magnitudo.
Sementara minggu kedua Januari 2021, terjadi gempa sebanyak 21 kejadin. Berdasarkan magnitudonya gempa dengan kekuatan kurang dari 3 magnitudo 10 kejadian, kurang dari 5 magnitudo 11 kejadian dan tidak ada gempa di atas 5 magnitudo.
“Gempa yang dirasakan terjadi pada Selasa (5/1) di Barat Daya Bayah, Lebak yaitu 4,3 magnitudo. Gempa dirasakan di Panggarangan, Lebak; Surade dan Kecamatan Curugkembar Kabupaten Sukabumi, Jabar,” kata Kepala Stasiun Geofisika Klas 1 Tangerang, Suwardi.
Kata Suwardi, kegempaan di Banten dibagi menjadi empat zona, yaitu zona A, sumber gempa berasal dari terusan Sesar Semangko dan Ujung Kulon. Zona B, sumber gempabumi dari Sesar Cimandiri yang terbagi menjadi dua, yaitu perpanjangan patahan Cimandiri dan zona patahan Pelabuhan Ratu. Selanjutnya zona C dan D, sumber gempabumi di Selat Sunda.
“Ada dua zona gempabumi yang bisa berdampak ke wilayah Banten yaitu zona Karakatau, patahan-patahan di Selat Sunda yang belum terindetifikasi dengan baik. Serta zona Megathrust, sumber gempabumi di pertemuan lempeng IndoAustralia dan Eurasia yang berpeluang membangkitkan gempabumi sangat kuat yang berpotensi diikuti tsunami,” katanya.
Kata Suwardi, secara spasial sumber gempabumi zona Megathrust terletak di Barat Daya hingga Selatan Banten. “Pada zona tersebut terdapat zona subduksi yang menjadi pemicu terjadinya penglepasan energi di selatan Banten, jika ini terjadi, maka hampir seluruh wilayah di Banten berpotensi merasakan guncangan,” ujarnya.
Pada November 2020, terjadi empat kali lindu di zona Megathrust. Gempabumi di zona ini cukup fluktuatif sepanjang Oktober 2018 hingga November 2020. Rentetannya, di tahun 2009-2010 frekuensi kegempaan meningkat, kemudian menurun di tahun 2011-2016, dan kembali meningkat di 2017-2019.
“Gempabumi kuat di zona Megathrust bisa berpotensi membangkitkan tsunami yang akan melanda tidak hanya wilayah pesisir Banten namun, juga berpotensi melanda pesisir wilayah Provinsi Lampung dan Jawa Barat,” jelasnya. (mth/rbo)