LINTASNEWS – Sekitar 80 persen pasokan daging sapi di Banten merupakan impor dari luar negeri. Hal itu dikarenakan pasokan daging lokal tidak mencukupi kebutuhan masyarakat Banten.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten, Babar Soeharso. “Kami lebih pada pasar tidak boleh kosong. Kalau sapi Banten kosong, dari luar pasti masuk. Itu perdagangan,” ujar Babar, kemarin
Sama halnya dengan produksi Banten yang tak hanya untuk Banten, komoditas produksi Banten juga bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luar Banten, misalnya Jakarta. Begitu pun dengan komoditi dari luar Banten, bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Banten.
Babar menerangkan, harga tertinggi daging sapi lokal telah ditetapkan sebesar Rp130 ribu per kilogram untuk dijual kepada konsumen. Harga daging sapi lokal naik mengikuti harga dasar hewan hidup yang juga naik.
“Kenaikan harga daging dipicu naiknya harga impor anakan dari Australia. Biasanya, Rp 42 ribu per kilogram menjadi Rp48 ribu per kilogram. Makanya harga produksi naik,” tuturnya.
Ia mengatakan, selama dua tahun belakangan ini, harga daging sapi stabil tidak pernah lebih dari Rp120 ribu per kilogram. Untuk itu, pemerintah mewacanakan melakukan impor sapi dari Meksiko, karena impor dari Australia mulai mahal. “Makanya pemerintah cari alternatif,” ujar Babar.
Beberapa hari terakhir, para pedagang daging sapi dikabarkan melakukan aksik mogok berdagang, lantaran harga yang diterima terus mengalami kenaikan dan menggerus keuntungan dari penjualan. (Mth)